Model Pembelajaran Debat


Model Pembelajaran Debat

Pada tingkat sekolah menengah atas, pola pikir siswa harus mulai dibangun membentuk karakter yang kritis dan cepat tanggap terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Biasanya, ketika siswa diajak memecahkan suatu kasus permasalahan yang menuntut sebuah keputusan untuk diambil, akan terbagi menjadi 3 buah kubu. Siswa kubu pendukung suatu keputusan (biasanya disebut kelompok Pro), siswa kubu penolak (kelompok Kontra), dan kubu netral yang mengambil sikap “cari aman” dengan tidak memilih pihak manapun.

Dengan pembelajaran metode debat, siswa dibentuk menjadi hanya dua jenis kelompok yaitu Pro dan Kontra. Berikut ini adalah langkah-langkah debat yang biasanya diterapkan di kelas dalam lingkup sekolah menengah atas:

1.  Guru membagi siswa menjadi dua kelompok peserta debat, yang satu pro dan yang lainnya kontra.

2.  Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan diperdebatkan oleh kedua kelompok di atas.

3.  Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian setelah selesai ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.

4.  Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan.

5.  Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkapkan.

6.  Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.

Dengan adanya acuan teknis diatas, dapat dilihat bahwa model debat mengadopsi gabungan dari beberapa metode pembelajaran seperti Diskusi, Ceramah, dan Pembelajaran Kooperatif.


Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Debat

Beberapa kelebihan dari model pembelajaran debat diantaranya adalah:

Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan.
Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan.
Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
Selain itu juga terdapat kekurangan dalam model pembelajaran debat, diantaranya adalah:

Ketika menyampaikan pendapat saling berebut.
Terjadi debat kusir yang tak kunjung selesai bila guru tidak menengahi.
Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang pandai berargumen hanya diam dan pasif.
Menghabiskan banyak waktu untuk melakukan sesi debat antar kelompok.
Perlunya tema yang mudah dipahami oleh siswa.
Tema haruslah dapat diperdebatkan.
Perataan siswa dalam kelompok terkadang tidak heterogen.


C.      PENUTUP
Pembentukan pola pikir kritis dan kerja sama antar kelompok dapat lebih ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran debat di kelas. Kelebihan model ini lebih banyak mengeksplorasi kemampuan siswa dari segi intelektual dan emosi siswa dalam kelompok kerjanya, sehingga pembentukan kerja sama antarsiswa, pola pikir kritis, dan pemahaman etika dalam berpendapat dapat diperoleh dalam pembelajaran di kelas. Namun disamping berbagai kelebihan yang diberikan oleh model pembelajaran debat ini, ada beberapa kekurangan yang memerlukan peran dari seorang guru untuk mereduksinya.

Oleh karena itu, tidak semua materi pelajaran di kelas cocok menggunakan metode debat karena tema harus dipilih sedemikian rupa sehingga debat yang terjadi dapat menimbulkan interaksi positif di dalam kelas dan menarik untuk siswa yang melaksanakannya.

DAFTAR PUSTAKA

Widodo, Rachmad. (2009). Metode Pembelajaran Debate (Debat). (Online, alamat: http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/06/model-pembelajaran-debate-debat/,diakses: 30 Januari 2013).

Yuanita, Eva. (2010). Model Pembelajaran Debat. (Online, alamat: http://rhum4hnd3soq.blogspot.com/2010/10/model-pembelajaran-debat-dan-word.html, diakses: 30 Januari 2013).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Merubah File PDF ke Word

5 Cara Praktis  Merubah File PDF ke Microsoft Word 1. Merubah PDF ke Word dengan Google Docs Google menyediakan layanan gratis seperti Docs ...