Konsep Diri





Konsep Diri
   Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri. Pada kali ini saya akan menjabarkan bagaimana pentingya konsep diri dalam kehidupan . Sebelumnya apa sih konsep diri itu?   jenis-jenis konsep diri itu apa saja?
     Konsep diri( self concept)merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian.
    konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
    Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan.
Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya.

Pengertian Konsep Diri

Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns (1993:vi) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan.konsep diriadalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7).
    Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaliasi dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya.
Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak.
   Seperti yang dikemukakan Hurlock (1990:58) memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya.konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.
     Menurut William D. Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita (Rakhmat, 2005:105). Sedangkan Centi (1993:9) mengemukakan konsep diri (self-concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan.
    konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu .
   Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.
  Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian konsep diri adalah  cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.

Hampir setiap orang menggantungkan harapan kepada pendidikan untuk melahirkan generasi-generasi muda yang menguasai beragam ilmu dan pengetahuan, yang mampu memanfaatkan poensi diri dan setiap peluang dan pada akhirnya menjadi manusia-manusia yang sukses dalam setiap hal. Pendidikan seakan-akan menjadi syarat mutlak sebuah kesuksesan. Namun pada kenyataannya, terkadang seseorang berhasil mencapai jenjang pendidikan yang tinggi  tetapi kurang berhasil dalam kehidupan, atau sebaliknya, tak jarang seseorang suskes dalam kehidupan, tetapi pencapaian akademiknya biasa-biasa saja. 
 Fenomena ketidakkonsistenan antara pendidikan dan keberhasilan kehidupan tersebut memunculkan pertanyaan bagiamana system pendidikan yang sangat kompetitif ternyata dapat melahirkan generasi yang tangguh secara keilmuan tetapi rapuh atau gagal dalam kehidupan.  Salah satu  kemungkinan penyebabnya adalah  ketika anak didik dihadapkan kepada beban pendidikan yang terlalu banyak dan ekspetasi yang terlalu tinggi dikarenakan lingkungan yang sangat kompetitif, sistem pendidikan dan lingkungan tidak memberikan ruang yang cukup untuk mengembangkan konsep diri anak didik secara matang dan positif.  Tulisan ini menjelaskan apa dan bagaimana konsep diri berkembang dalam kehidupan seseorang, faktor apakah yang mempengaruhinya, kaitan konsep diri seseorang dengan pencapaian akademik, dan bagaimana peran guru serta aktivitas belajar dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri pada anak didik.

KONSEP DIRI , PERKEMBANGAN DAN FAKTOR – FAKTOR YANG  MEMPENGARUHINYA


Perkins (1958) menyatakan bahwa konspe diri adalah semua persepsi, kepercayaan, perilaku dan nilai-nilai yang digunakan diri seseorang  untuk mendeskripsikan dirinya sendiri, dan konsep diri seorang anak berubah seiring dengan cara pandang dirinya pada suatu periode waktu.  Sementara itu, Smith dkk (1977) mengungkapkan bahwa konsep diri adalah suatu cara pandang yang kompleks dan dinamis dalam diri seseorang terhadap dirinya sendiri dan konsep diri adalah sesuatu yang terukur.   Konsep diri diukur dalam dua area yaitu akademik dan non akademik.  Gunawan (2005) menyebutkan bahwa konsep diri akademik terkait dengan kemampuan verbal/bahasa dan matematika.  Sedangkan untuk non akademik, menurut Marsh dalam Yan dan Haihui (2005), konsep diri diukur melalui delapan parameter yang mencakup: penampilan fisik, kemampuan fisik, hubungan sesama jenis, hubungan lain jenis, hubungan dengan orang tua, kestabilan emosi, kepercayaan dan kejujuran, serta konsep diri secara umum. 

Terkait dengan pembentukannya, konsep diri mulai berkembang sejak masa bayi dan akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan individu itu sendiri. Konsep diri individu terbentuk melalui imajinasi individu tentang respon yang diberikan oleh orang lain.   Dalam proses tersebut, konsep diri dipengaruhi oleh beberapa factor. Puspasari (2007) menyatakan bahwa perkembangan dari proses pengenalan diri sendiri dipengaruhi oleh factor yang mengikuti perkembangan seorang anak seperti pengaruh keterbatasan ekonomi, isolasi lingkungan, ataupun pengaruh usia individu tersebut.    

KONSEP DIRI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENCAPAPAIAN AKADEMIK SISWA
Konsep diri merupakan seperangkat instrument pengendali mental dan karenanya mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang.  Gunawan (2005) menyebutkan bahwa  seseorang yang mempunyai konsep diri positif akan menjadi invidu yang mampu memandang dirinya secara positif, berani mencoba dan mengambil resiko, selalu optimis, percaya diri, dan antusias menetapkan arah dan tujuan hidup.   Terkait dengan pencapaian akademik, hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh  Shupe dan Yager (2005) dan Yeung dan Marsh dalam O’Mara dkk (2006) menunjukkan bahwa konsep diri dan pencapaian akademik siswa adalah dua hal yang saling memperngaruhi.  Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dalam berbagai tingkatan mulai dari sekolah dasar sampai dengan perguran tinggi, seseorang dengan konsep diri yang positif cenderung memiliki pencapapaian akademik yang lebih baik. 
 Bagaimakah sebenarnya konsep diri dapat mempengaruhi pencapaian akademik seseorang?  Atau sebaliknya, bagaimanakan pencapaian akademik mempengaruhi konsep diri seseorang?   Tripp Jr (2003), Shupe dan Yager (2005) mengemukakan bahwa seseorang dengan konsep diri positif akan mempunyai kemampuan interpersonal dan intrapersonal yang baik pula, yang memungkinkan untuk melakukan evaluasi secara obyektif terhadap dirinya sendiri.  Sementara itu menurut Germer (2004), konsep diri merupakan kunci untuk membangun komunikasi terbuka antara guru dan murid sehingga mnciptakan partisipasi aktif antara keduanya dalam kegiatan belajar mengajar.   Baik Germer dan Yager, menyimpulkan bahwa dengan konsep diri positif akan meminimalisasi munculnya kesulitan belajar dalam diri siswa.  Berkurangnya kesulitan belajar inilah yang pada akhirnya memungkinkan siswa untuk mendapatkan penguasaan akademik yang lebih baik.  Dari sini, nampak bahwa konsep diri positif menjadi pemacu keberhasilan akademik.  Meskipun demikian, menarik untuk mencermati penemuan Yan dan Haibui (2005) yang mengungkapkan bahwa anehnya pada anak-anak yang berbakat atau mempunyai kemampuan akademik yang mengagumkan, didapatkan konsep diri negatif meski tidak signifikan.   Menurut Syah (2007), siswa yang sangat cerdas dapat mempunyai konsep diri yang negatif yang ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dikarenakan tuntutan keingintahuannya dirasakan tidak diperlakukan secara adil.

 KONSEP DIRI DAN PEMBENTUKANNYA DALAM AKTIVITAS BELAJAR

Melihat besarnya pengaruh konsep diri terhadap keberhasilan seseorang, tak heran jika sekolah-sekolah berrupaya untuk mengintegrasikan pembentukan konsep diri ke dalam aktivitas belajar mengajar di dalam dan di luar kelas.  Aktivitas sekolah terkait dengan pembentukan konsep diri dilakukan sepanjang masa belajar dari tingkat dasar sampai jenjang pendidikan tinggi, sebagaimana yang diungkapkan Cotton (1993), meskipun, O’Mara dkk (2006) menyebutkan bahwa intervensi guru dalam aktivtas kelas untuk pembentukan konsep diri memberikan respon paling nyata ketika siswa berada pada masa sekolah menengah dimana siswa pada usia ini memiliki keterlibatan paling tinggi dalam aktivias kelas dibandingkan dengan rekannya yang lebih muda di sekolah dasar ataupun yang lebih tua di perguruan tinggi. 
 Germer  (1974), Cotton (1993), dan O’Mara dkk (2006) menyatakan bahwa guru memegang peranan kunci dalam aktivitas kelas, dan karenanya kesadaran guru terhadap pentingnya pembentukan konsep diri akan menentukan seberapa jauh pembentukan konsep diri dapat diintegrasikan ke dalam aktivitas belajar mengajar.  Bagaimanakah aktivitas belajar mengajar dapat menjadi media pembentukan konsep diri? Germer (1974) menyatakan bahwa aktivitas kelas yang memungkinkan komunikasi dan partisipasi guru – siswa dan siswa – siswa secara lebih aktif,  akan membantu siswa menjadi individu yang terbuka dan menerima diri sendiri dengan lebih baik sehingga memacu pembentukan konsep diri positif, menjadi individu yang lebih mampu “mendengar”, merasakan, menghormati, dan menciptakan komunikasi yang lebih terbuka dengan yang lain. 
Secara lebih spesifik, Cotton (1993) menguraikan program pengembangan konsep diri anak dilakukan pada basis yang berbeda, dari mulai kelas, sekolah sampai wilayah.  Cotton menyatakan bahwa pembentukan konsep diri di dalam kelas dilakukan dengan memberikan tugas berbasis kelompok dan berorientasi kepada pengembangan kemampuan afektif siswa, serta penggunaan umpan balik terhadap kemajuan pembelajaran siswa, dan mengupayakan partisipasi aktif dan komunikasi yang terbuka antara guru – murid – walimurid.  Ke semua hal tersebut dilakukan melaui berbagai kegiatan kelas seperti rotasi teman sebangku, pembuatan papan apresiasi siswa terhadap siswa yang lain sekaligus pengisian papan pernyataan penyesalan atas kesalahan yang diperbuat siswa terhadap siswa yang lain, pendampingan siswa korban narkoba, pengajaran ketrampilan hidup, penunjukan relawan sebaya sebagai tutor dalam belajar,  serta penguatan kemampuan matematika dan bahasa siswa.  Program yang dilakukan secara kontinyu tersebut, menghasilkan perubahan positif dalam diri siswa seperti penurunan angka drop out, peningkatan kehadiran siswa, penurunan kegagalan siswa dalam mata pelajaran, dan meningkatnya rasa kepedulian siswa terhadap lainnya.

 SEBUAH REFLEKSI MENUJU PENDIDIKAN YANG LEBIH BAIK
            
Siapa saya? Mungkin ini menjadi salah satu pertanyaan penting yang harus dijawab sesorang jika ingin maju dan berkembang.  Konsep diri merupakan cuatu cara untuk menjawab pertanyaan ini.  Kini, di saat pendidikan menjadi tulang punggung untuk menciptakan individu yang berkualitas,  pembentukan konsep diri positif pada anak didik adalah suatu hal yang tak dapat ditinggalkan, yang harus dilakukan secara kontinyu dan menyeluruh pada setiap tahapan perkembangan anak didik.  Di luar rumah, aktivitas kelas dan lingkungan sekolah memberikan warna terhadap pembentukan imdividu anak didik, yang dalam prosesnya peran guru adalah sangat vital.  Keberhasilannya sangat ditentukan  oleh ada atau tidaknya kesadaran, kemauan dan kreativitas guru untuk mengintegrasikan pembentukan konsep diri yang positif ke dalam kegiatan pembelajaran.   

mengapa hukuman perlu diberikan pada anak? Setiap orang tua bisa dikata tidak pernah ada yang tidak menghukum anaknya. Dalam batas-batas tertentu, hukuman kepada anak bisa menjadi wajib, dan dalam batas-batas tertentu hukuman tidak diperbolehkan. tujuan memberikan hukuman agar anak bisa menjadi lebih baik, lebih maju, lebih santun dan lebih berguna bagi teman dan lingkungan di mana anak berada. Bukan hukuman yang akan menjadikan anak semakin terpuruk, sedih, atau malah depresi.
mengapa hukuman perlu diberikan pada anak? Ada beberapa alasan mengapa hukuman itu harus diberikan pada anak yang bersalah, diantaranya yaitu:
1. Agar anak tidak mengulangi kejadian yang sama
Ketika sekali waktu anak melakukan kesalahan, mungkin kita bisa memakluminya dan memberikan pengertian, akan tetapi jika berulang kali melakukan kesalahan yang sama maka sebagai orang tua kita bisa marah melihat perilaku demikian. Dalam hal ini hukuman memang dimaksudkan agar anak jera (kapok) untuk melakukan kesalahan yang sifatnya sama.
2. Dapat mengambil pelajaran dan hikmah
Kesalahan bagaimanapun juga akan menjadikan anak untuk bisa mengambil pelajaran tentang peristiwa yang dihadapinya. Dengan pemberian hukuman kepada anak, diharapkan ia akan bersikap hati-hati diwaktu yang sama sekaligus jika ia bisa mensosialisasikan perbuatan yang kurang baik itu hendaknya jangan dilakukan kepada teman, saudara, atau orang lain, itu berarti menandakan bahwa anak sudah bisa mengambil pelajaran atas kesalahannya itu.


  hukuman yang baik pada dasarnya adalah sebuah konsekuensi dari perjanjian yang kita buat bersama dengan anak. Makna hukuman yang kita berikan kepada anak harus kita pahami bahwa hukuman bukanlah untuk memuaskan nafsu dan emosi kita ketika anak berbuat kesalahan, dan setelah emosi kita luntur maka berakhirlah hukuman yang kita berikan kepada anak.
3. Konsistensi Sebuah Perjanjian
Jadi, Hukuman perlu diberikan pada anak karena pada dasarnya pemberian hukuman pada anak diharapakan akan berpengaruh pada jiwanya, setiap anak akan sadar bahwa apapun perbuatan yang ia lakukan akan dimintai pertanggungjawaban.

 sangatlah beraneka ragam. Bisa jadi berasal dari masa kanak-kanak yang kurang menyenangkan, dari pengalaman pahit yang diperoleh dalam pergaulan, dapat juga berasal dari sikap orang tua yang kurang bijaksana dalam mendidik, atau mungkin juga karena keadaan tubuh atau fisiknya yang tidak / kurang sempurna misalnya : terlalu pendek, terlalu gemuk dan sebagainya.


perasaan rendah diri ini dapat diatasi, asal mau berusaha. Untuk itu resep yang paling mujarab adalah melenyapkannya dan dengan keyakinan penuh membangun kepercayaan diri. Tanpa kemauan yang kuat untuk mencobanya maka rendah diri akan selalu menghantuimu.

Untuk membangun dan membina perasaan percaya dan keyakinan terhadap diri sendiri, dapatlah dicoba dengan menyarankan pada diri sendiri bahwa kita yaki dan percaya kepada sendiri, dan ini dapat diperoleh dengan menyerahkan keyakinan seyakin-yakinnya kepada hati kita Yakinlah terus bahwa kita mempercayai diri sendiri, karena setiap orang memiliki ciri dan kemampuan pribadi.

Penyebab Rendah Diri

Keyakinan ini harus selalu ditumbuhkan terus menerus membangun kepercayaan rendah diri, terutama mengedepankan kekuatan berpikir positif. Jika sebelum melakukan suatu tindakan atau pekerjaan sudah membayangkan bahwa mungkin saya akan gagal, maka kemungkinan akan gagal sungguh-sungguh diambang pintu. Akan tetapi sebaliknya jika memiliki keyakinan bahwa akan berhasil dan hasrus berhasil, maka kemungkinan berhasil lebih besar. Tentu saja keyakinan ini harus disertai dengan usaha. Karena keyakinan tanpa usaha adalah percuma, sebaliknya usaha sekuat tenaga tanpa keyakinan adalah sia-sia.
Seandainya kalian merasa gagal dan hilang rasa kepercayaan pada kemampuan diri untuk mencapai apa yang dicita-citakan, maka renungkanlan dan tulis pada sehelai kertas dan susun suatu daftar. Bukan daftar faktor-faktor yang merugikan kita, melainkan faktor-faktor ang menguntungkan. Kemudian yakini bahwa nilai-nilai tersebut dapat membantu kembali rasa percaya diri.

faktor-faktor yang mempengaruhi rendah diri

Perasaan-perasaan kepercayaan tergantung pada macam pikiran yang biasanya memenuhi batin kita. Kalau kita mengingat-ingat kegagalan, maka kegagalan yang menghadang kita. Bukan kegagalan yang harus diingat, tetapi sebab-sebab yang menjadikan tidak berhasi, dan memikirkan usaha untuk mengatasinya. Akan tetapi jika kita mengingat-ingat akan kepercayaan terhadap diri sendiri dan terus mengingatnya, maka kita akan membangun kemampuan yang besar yang dapat membawa kepada keberhasilan.



Sekali lagi kunci keberhasilan adalah mengisi batin dengan kepercayaan, keyakinan dan kepastian. Pikiran-pikiran positif tersebut akan mengusir atau menghilangkan pikiran ragu-ragu dan pikiran ketidak percayaan diri serta melenyapkan rasa rendah diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Merubah File PDF ke Word

5 Cara Praktis  Merubah File PDF ke Microsoft Word 1. Merubah PDF ke Word dengan Google Docs Google menyediakan layanan gratis seperti Docs ...