Berpikir Kritis
Berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan dan
reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan. Berikut adalah contoh-contoh kemampuan berpikir
kritis, misalnya (1) membanding dan membedakan, (2) membuat kategori, (2)
meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan, (3) menerangkan sebab, (4)
membuat sekuen / urutan, (5) menentukan sumber yang dipercayai, dan (6) membuat
ramalan.
Menurut Perkin (1992), berpikir kritis itu memiliki 4
karakteristik, yakni (1) bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis
terhadap apa yang akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan
alasan logis, (2) memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis
dan membuat keputusan, (3) menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan
memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan standar, (4) mencari dan
menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat
mendukung suatu penilaian. Sedangkan Beyer (1985) mengatakan bahwa kemampuan
berpikir kritis adalah kemampuan (1) menentukan kredibilitas suatu sumber, (2)
membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan, (3) membedakan fakta
dari penilaian, (4) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak
terucapkan, (5) mengidentifikasi bias yang ada, (6) mengidentifikasi sudut
pandang, dan (7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan,
Menurut Harris, Robert (1998) indikasi kemampuan berpikir kristis ada 13, yakni
(1) analytic, (2) convergent, (3) vertical, (4) probability, (5) judgment, (6)
focused, (7) Objective, (8) answer, (9) Left brain, (10) verbal, (11) linear,
(12) reasoning, (13) yes but.
Berpikir kritis menurut Schafersman, S.D. (1991)
adalah berpikir yang benar dalam rangka mengetahui secara relevan dan reliable
tentang dunia. Berpikir kritis, adalah berpikir beralasan, mencerminkan,
bertanggungjawab, kemampuan berpikir, yang difokuskan pada pengambilan
keputusan terhadap apa yang diyakini atau yang harus dilakukan. Berpikir kritis
adalah berpik mengajukan pertanyaan yang sesuai, mengumpulkan informasi yang
relevan, mengurutkan informasi secara efisien dan kreatif, menalar secara
logis, hingga sampat pada kesimpulan yang reliable dan terpercaya.
Berpikir kritis itu menurutnya ada 16 karakteristik,
yakni (1) menggunakan bukti secara baik dan seimbang, (2) mengorganisasikan
pemikiran dan mengungkapkannya secara singkat dan koheren, (3) membedakan
antara kesimpulan yang secara logis sah dengan kesimpulan yang cacat, (4)
menunda kesimpulan terhadap bukti yang cukup untuk mendukung sebuah keputusan,
(5) memahami perbedaan antara berpikir dan menalar, (6) menghindari akibat yang
mungkin timbul dari tindakan-tindakan, (7) memahami tingkat kepercayaan, (8)
melihat persamaan dan analogi secara mendalam, (9) mampu belajar dan melakukan
apa yang diinginkan secara mandiri, (10) menerapkan teknik pemecahan masalah
dalam berbagai bidang, (11) mampu menstrukturkan masalah dengan teknik formal, seperti
matematika, dan menggunakannya untuk memecahkan masalah, (12) dapat mematahkan
pendapat yang tidak relevan serta merumuskan intisari, (13) terbiasa menanyakan
sudut pandang orang lain untuk memahami asumsi serta implikasi dari sudut
pandang tersebut, (14) peka terhadap perbedaan antara validitas kepercayaan dan
intensitasnya, (15) menghindari kenyataan bahwa pengertian seseorang itu
terbatas, bahkan terhadap orang yang tidak bertindak inkuiri sekalipun, dan
(16) mengenali kemungkinan kesalahan opini seseorang kemungkinan bias opini,
dan bahaya bila berpihak pada pendapat pribadi.
Metode ilmiah merupakan metode paling ampuh yang
pernah ditemukan manusia dalam rangka mengumpulkan pengetahuan. yang relevan
dan reliabel tentang alam. Metode non ilmiah lebih mengarah pada emosi dan
harapan umat manusia dan lebih mudah dipelajari dan dipraktekkan daripada
metode ilmiah. Meningkatkan pengajaran metode ilmiah dan manifestasinya yang
terkenal yaitu berpikir kritis.
Berpikir kritis dapat diajarkan melalui:(1) perkuliahan,
(2) laboratorium, (3) tugas rumah, (4) Sejumlah latihan, (5) Makalah, dan (6)
ujian. Dengan demikian berpikir kritis dapat dimasukkan dalam kurikulum dengan
mempertimbangkan: (1) siapa yang mengajarkan, (2) apa yang diajarkan, (3) kapan
mengajarkan, (4) bagaimana mengajarkan, (5) bagaimana mengevaluasi, dan (6)
menyimpulkan.
Sejumlah tujuan dalam mengembangkan kemampuan
berpikir kritis diantaranya adalah (1) memberikan guru umum tentang konsep
dalam rangka mencapai tujuan melalui petunjuk yang membantu, (2) merancang
pembelajaran dengan menggunakan web dan isu yang bermanfaat, (3) memadukan
berbagai hasil guruan, (4) mendorong komunitas belajar di dalam kelas, (5)
menciptakan kesempatan berpikir kritis yang menyenangkan dan relevan bagi
siswa.
Sedangkan strategi yang dapat digunakan guru dalam
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa antara lain adalah (1) mengadakan
alas penilaian untuk memberikan final siswa. Menciptakan masalah merupakan 20%
dari keseluruhan nilai, (2) mendeskripsikan syarat pelajaran secara mendetail
sesuai silabus dengan menambah area online (alamat website) yang dapat
menyediakan akses informasi secara mudah, (3) memberikan orientasi pelajaran,
(4) instruktur memberi pendapat untuk siswa dalam pemberian masalah lewat e-mail
untuk memberi penguatan yang positif, dan beberapa hasil pelajaran dipadukan
setelah pembelajaran usai.
Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif adalah berpikir secara konsisten dan
terus menerus menghasilkan sesuatu yang kreatif/orisinil sesuai dengan keperluan.
Penelitian Brookfield (1987) menunjukkan bahwa orang yang kreatif biasanya (1)
sering menolak teknik yang standar dalam menyelesaikan masalah, (2) mempunyai
ketertarikan yang luas dalam masalah yang berkaitan maupun tidak berkaitan
dengan dirinya, (3) mampu memandang suatu masalah dari berbagai perspektif, (4)
cenderung menatap dunia secara relatif dan kontekstual, bukannya secara
universal atau absolut, (5) biasanya melakukan pendekatan trial and error dalam
menyelesaikan permasalahan yang memberikan alternatif, berorientasi ke depan
dan bersikap optimis dalam menghadapi perubahan demi suatu kemajuan. Marzano
(1988) mengatakan bahwa untuk menjadi kreatif seseorang harus: (1) bekerja di
ujung kompetensi bukan ditengahnya, (2) tinjau ulang ide, (3) melakukan sesuatu
karena dorongan internela dan bukan karena dorongan eksternal, (4) pola pikir
divergen/ menyebar, (5) pola pikir lateral/imajinatif.
Sedangkan Haris (1998) dalam artikelnya tentang
pengantar berpikir kreatif menyatakan bahwa indikator orang berpikir kreatif
itu meliputi: (1) Ingin tahu, (2) mencari masalah, (3) menikmati tantangan, (4)
optimis, (5) mampu membedakan penilaian, (6) nyaman dengan imajinasi, (7)
melihat masalah sebagai peluang, (8) melihat masalah sebagai hal yang menarik,
(8) masalah dapat diterima secara emosional, (9) menantang anggapan/ praduga,
dan (10) tidak mudah menyerah, berusaha keras. Dikatakanya bahwa kreativitas
dapat dilihat dari 3 aspek yakni sebuah kemampuan, perilaku, dan proses.
a. Sebuah kemampuan
Kreativitas adalah sebuah kemampuan untuk memikirkan
dan menemukan sesuatu yang baru, menciptakan gagasan-gagasan baru baru dengan
cara mengkombinasikan, mengubah atau menerapkan kembali ide-ide yang telah ada.
b. Sebuah perilaku
Kreativitas adalah sebuah perilaku menerima perubahan
dan kebaruan, kemampuan bermain-main dengan berbagai gagasan dan berbagai
kemungkinan, cara pandang yang fleksibel, dan kebiasaan menikmati sesuatu.
c. Sebuah proses
Kreativitas adalah proses kerja keras dan
berkesimbungan dalam menghasilkan gagasan dan pemecahan masalah yang lebih
baik, serta selalu berusaha untuk menjadikan segala sesuatu lebih baik.
Selanjutnya Harris juga menyatakan bahwa untuk dapat
berpikir kreatif seseorang perlu memiliki metode berpikir kreatif. Berbagai
metode yang dapat dilakukan antara lain: (1) evolusi, yakni gagasan-gagasan
baru berakar dari gagasan lain, solusi-solusi baru berasal dari solusi
sebelumnya, hal-hal baru diperbaiki/ditingkatkan dari hal-hal lama, setiap
permasalahan yang pernah terpecahkan dapat dipecahkan kembali dengan cara yang
lebih baik , (2) sintesis, yakni adanya dua atau lebih gagasan-gagasan yang
ada dipadukan ke dalam gagasan yang baru, (3) revolusi, yakni gagasan baru yang
terbaik merupakan hal yang benar-benar baru, sebuah perubahan dari hal yang
pernah ada, (4) penerapan ulang, yakni melihat lebih jauh terhadap penerapan
gagasan, solusi, atau sesuatu yang telah dirumuskan sebelumnya, sehingga dapat
dilihat penerapan lain yang mungkin dapat dilakukan, dan (5) mengubah arah,
yakni perhatian terhadap suatu masalah dialihkan dari satu sudut pandang
tertentu ke sudut pandang yang lain. Hal ini dimaksudkan untuk memecahkan suatu
masalah, bukan untuk menerapkan sebuah pemecahan masalah
Pada bagian lain dinyatakan bahwa perilaku negatif
yang menghambat untuk berpikir kreatif, diantaranya adalah:
a. Oh tidak, sebuah masalah !
Reaksi terhadap sebuah masalah seringkali lebih besar
dari pada masalah itu sendiri. Sebuah masalah adalah kesempatan dan tantangan
untuk meningkatkan segala sesuatu. Masalah adalah (1) perbedaan yang ada dengan
keadaan yang diinginkan, (3) menyadari atau mempercayai bila ada sesuatu yang
lebih baik dari situasi saat ini, dan (3) kesempatan untuk bertindak positif.
b. lni mustahil untuk dilakukan
Perilaku seperti ini, seperti kalah sebelum
bertarung. Beberapa ungkapan yang terkait dengan ini : (1) manusia tidak akan
pernah terbang, (2) penyakit tak bisa ditaklukan, (3) roket tidak akan keluar
dari atmosfir.
c. Aku tidak bisa melakukannya atau tak ada yang bisa
dilakukan
Pemikiran yang baik dan perilaku yang positif serta
kemampuan memecahkan masalah akan melesat dalam memecahkan berbagai
permasalahan. Untuk dapat melakukan hal ini kuncinya adalah ketertarikan dan
komitmen terhadap masalah itu sendiri.
d. Tapi saya tidak kreatif
Masalahnya ternyata bahwa kreativitas telah
ditenggelamkan oleh guruan. Yang perlu dilakukan adalah mengembalikan ke
permukaan.
e. Itu kekanak-kanakkan
Dalam upaya kita untuk selalu tampil dewasa dan
anggun, kita sering menganggap rendah perilaku yang kreatif dan penuh
permainan, yang pernah menandai masa kanak-kanak kita sendiri. Terkadang orang
tertawa karena memang ada yang lucu. Tapi sering kali orang justru tertawa
ketika mereka miskin akan imajinasi untuk memahami situasi yang ada.
f. Apa yang akan dipikirkan orang
Terdapat tekanan sosial untuk menyesuaikan diri untuk
menjadi orang biasa saja, bukan menjadi orang kreatif. Hampir sebagian orang
besar kontributor terkenal yang membawa ke peradapan lebih maju dihina, bahkan
dihukum. Kemajuan hanya diciptakan oleh mereka yang cukup tegar untuk
ditertawakan.
g. Aku pasti gagal
Thomas Edison, dalam risetnya untuk menemukan filamen
yang dapat memijarkan lampu, melakukan lebih dari 1800 kali percobaan.
Kegagalan haruslah diharapkan dan diterima. Kegagalan adalah alat untuk belajar
yang dapat membantu menuju keberhasilan. Gagal adalah pertanda bahwa kita
melakukan sesuatu, berusaha dan mencoba-jauh lebih baik daripada tidak
melakukan apa-apa.
Sedangkan hambatan mental terhadap berpikir kreatif
dan pemecahan masalah, meliputi:
a. Pransangka
Gambaran yang kita miliki seringkali menghalangi kita
untuk melihat lebih jauh dari pada apa yang telah kita ketahui dan percayai,
sehingga menjadikan sesuatu itu mungkin ada dan mungkin teijadi.
b. Pendapat fungsional
Terkadang kita mulai melihat sebuah obyek hanya dari
namanya, daripada melihat apa yang bisa dilakukannya.
c. Tak ada bantuan belajar
Jika anda memerlukan informasi, ada perpustakaan,
toko buku, teman, profesor dan internet. Anda dapat belajar melakukan apapun
yang anda inginkan.
d. Hambatan psikologi
Apa yang semula dianggap menjijikkan malah dapat
membawa kepada solusi yang lebih baik. Makan kadal mungkin terdengar tidak
enak, tapi jika itu membuat anda bertahan hidup di alam liar, itu merupakan
solusi yang baik.
Untuk dapat memiliki perilaku positif untuk berpikir
kreatif maka pada setiap individu siswa perlu ditumbuhkan sifat-sifat berikut:
a. Rasa ingin tahu
Orang kreatif ingin mengetahui segala hal-
segalanya-hanya sekedar untuk ingin tahu. Pengetahuan tidak membutuhkan alasan.
b. Tantangan
Orang-orang kreatif suka mengidentifikasi dan mencari
tantangan di balik gagasan, usulan, permasalahan, kepercayaan dan pendapat.
c. Ketidakpuasan terhadap apa yang ada
Ketika anda merasa tidak puas terhadap sesuatu,
ketika anda melihat ada masalah, akankah anda mencoba memecahkan masalah dan
memperbaiki keadaan. Semakin banyak masalah yang anda temui, semakin banyak
pula pemecahan dan peningkatan yang dapat anda buat.
d. Keyakinan bahwa masalah pasti dapat dipecahkan
Dengan keyakinan dan didukung pengalaman, pemikir
kreatif percaya bahwa sesuatu pasti dapat dilakukan untuk mengatasi masalah.
e. Kemampuan membedakan keputusan dan kritik.
Sebagian besar gagasan baru, karena masih baru dan
asing, maka terlihat aneh, ganjil, bahkan, menjijikkan. Sebuah gagasan mulai
tampak bagus ketika sudah lebih familiar atau dilihat dengan konteks dan
batasan yang berbeda. Jika suatu gagasan paling gila sekalipun dapat
dipraktekkan sebagai batu loncatan, gagasan tersebut efisien.
Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif, usaha yang baik untuk lakukan oleh guru adalah dengan
meningkatkan lingkungan belajar yang kondusif dalam menunjang perkembangan
kreativitas yakni lingkungan belajar yang secara langsung memberi peluang bagi
kita untuk berpikir terbuka dan fleksibel tanpa adanya rasa takut atau malu.
Sebagai contoh, Hasoubah (2002) memberikan gambaran situasi belajar yang
dibentuk harus memfasilitasi terjadinya diskusi, mendorong seorang untuk
memberikan ide dan pendapat. Diskusi seperti ini harus dilaksanakan sedemikian
rupa di mana dapat dilakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Melakukan brainstorming
Brainstorming adalah teknik yang bertujuan membantu
kelompok kecil supaya dapat menghasilkan ide yang bermutu. Ia berdasar pada
sebuah konsep bahwa ide yang baik harus dipisahkan dari penilaian atau evaluasi
terhadap mutu ide tersebut. Karena itu, di dalam brainstorming : (1) tidak ada kritik
terhadap ide apapun, (2) ide harus ditulis tanpa diedit, (3) ide yang liar,
lucu, atau kurang berbobot dapat diterima, (4) semua jenis saran dan pendapat
sangat diharapkan, dan (5) memberikan kontribusi berdasarkan pendapat dari
orang lain dapat diterima
b. Memakai cara SHEMAP
Berpikir kreatif bisa menjadi sangat abstrak, karena
itu sulit untuk melihat seseorang melakukannya. Berdasarkan hasil penelitian
yang mengkaji fenomena ini seperti Universitas Negeri Iowa yang mengembangkan
model HOTS (higherorder-thinking-skills atau kemampuan berpikir tingkat
tinggi) sebagai mana dipaparkan Housobah (2002) menyebutkan bahwa berpikir
kreatif tidak dapat dilihat, tetapi produk/hasil dari berpikir kreatif tersebut
dapat di lihat. Dengan model HOTS ini seseorang dapat melangkah dari tingkatan
ilmu yang sangat dasar kepada tingkatan ilmu umum (generative) yang dianggap
sebagai suatu yang diciptakan dan baru. Maka kalau ilmu umum telah dihasilkan
berarti proses berpikir kreatif telah terjadi.
Dari model HOTS ini, selanjutnya Hosaubah
mengembangkan metode SHEMAP (Spekulasi- Hipotesis‑ Ekspansi- Modifikasi- Analogi‑ Prediksi). Sebagai contoh, ketika seseorang berspekulasi,
apa manfaat mengambil mata kuliah di jurusan, Teknologi Guruan?. Pola pikir
berspekulasi untuk mencari jawaban dari pernyataan tersebut adalah pola
mengembangkan dan memodifikasi dalam bentuk cerita, hal ini bisa menghasilkan
ide baru. Kalau dia harus membuat hipotesis terhadap apa yang akan terjadi
seandainya rencana "pengambilan sidik jari oleh aparat keamanan terhadap
para santri di pesantren yang dianggap menjadi sarang teroris", tindakan
membuat hipotesis dan prediksi dapat menghasilkan ide yang baru. Terakhir
adalah membuat analogi dan kreativitas. Ungkapan seperti ini " senyum Anda
memberikan kehangatan sekaligus memberi sinar harapan bagi diri saya".
Dengan membuat analogi senyum ibarat kehangatan secara jelas menjadikan
seseorang berpikir kreatif.
c. Berpikir spasial
Seseorang dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif dengan (melakukan aktivitas) berpikir spasial. Berpikir spasial adalah
berpikir dengan cara mengubah ide yang ditulis dalam bentuk prosa ke non prosa.
Misalnya sebuah konsep atau teori yang ditulis dalam teks diubah menjadi sebuah
diagram. Usaha mengubah forma atau penyajian ide, konsep, dan deskripsi keadaan
tertentu sesuangguhnya merupakan sebuah kreativitas. Dengan menggunakan teknik
brainsorming, SHEMAP, dan berpikir spasial akal seseorang dapat menjelajahi
teritorial/wilayah yang tidak diketahui, “yang dengan sendirinya akan membangun
kreativitas dan menjadikannya seorang pemikir kreatif”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar