Salah satu metode mengajar yang
akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah
metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini:
(a) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa
aktif,
(b) Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang
diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan
siswa,
(c) Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang
betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain,
(d) Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai
salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri,
(e) dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis
dan mencoba memecahkan probela yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan
ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian diharapkan metode
discovery ini lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan proses
belajar mengajar yang memungkinkan.
Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192)
diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran
perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada
generalisasi.
Metode Discovery merupakan
komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan
cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari
sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan
merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai
cara, termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah
sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses
belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi
yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.
Suryosubroto (2002:193) mengutip
pendapat Sund (1975) bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa
mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut
misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Langkah-langkah pelaksanaan metode
penemuan menurut Suryosubroto (2002:197) yang mengutip pendapat Gilstrap (1975)
adalah:
a)
Menilai kebutuhan dan minat
siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna
dan realities untuk mengajar dengan penemuan,
b)
Seleksi pendahuluan atas
dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian
dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajarai,
c)
Mengatur susunan kelas
sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam
belajar dengan penemuan,
d)
Berkomunikasi dengan siswa
akan membantu menjelaskan peranan penemuan,
e)
menyiapkan suatu situasi
yang mengandung masalah yang minta dipecahkan,
f)
Mengecek pengertian siswa
tentang maslah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan,
g)
Menambah berbagai alat
peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan,
h)
memberi kesempatan kepada
siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya tiap siswa
mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan jumlah orang yang membutuhkan
bahan-bahan pokok tersebut,
i)
Mempersilahkan siswa
mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehingga
memperoleh tilikan umum,
j)
Memberi kesempatan kepada
siswa melanjutkan pengalaman belajarnya, walaupun sebagian atas tanggung
jawabnya sendiri,
k)
memberi jawaban dengan
cepat dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya dan diperlukan
siswa dalam kelangsungan kegiatannya,
l)
Memimpin analisisnya
sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang
mengarahkan dan mengidentifikasi proses,
m) Mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang
diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan,
n)
Merangsang interaksi siswa
dengan siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis
dan data yang terkumpul,
o)
Mengajukan pertanyaan
tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana,
p)
Bersikap membantu jawaban
siswa, ide siswa, pandanganan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara
kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar,
q)
Membesarkan siswa untuk
memperkuat pernyataannya dengan alas an dan fakta,
r)
Memuji siswa yang sedang
bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada
temannya atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa yang
mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri,
s)
membantu siswa menulis atau
merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat
dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan,
t)
Mengecek apakah siswa
menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik, dalam
situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya.
Sedangkan langkah-langkah menurut
Richard Scuhman yang dikutip oleh Suryosubroto (2002:199) adalah :
(a) identifikasi kebutuhan siswa,
(b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep
dan generalisasi yang akan dipelajari,
(c) Seleksi bahan, dan problema serta tugas-tugas,
(d) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan
masing-masing siswa,
(e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan,
(f) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan
tugas-tugas siswa,
(g) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan,
(h) Membantu siswa dengan informasi, data, jika diperlukan oleh
siswa,
(i) memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan
mengidentifikasi proses,
(j) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa,
(k) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan,
(l) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas
hasil penemuannya.
Metode discovery memiliki
kebaikan-kebaikan seperti diungkapkan oleh Suryosubroto (2002:200) yaitu:
(a)
Dianggap membantu siswa
mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan dan
proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan
terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan,
jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu,
(b)
Pengetahuan diperoleh dari
strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan
yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer,
(c)
Strategi penemuan
membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah
penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan,
(d)
metode ini memberi kesempatan
kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri,
(e)
metode ini menyebabkan
siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan
bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan
khusus,
(f)
Metode discovery dapat
membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri
sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup
mengatasi kondisi yang mengecewakan,
(g)
Strategi ini berpusat pada
anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai
sesame dalam situasi penemuan yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya,
(h)
Membantu perkembangan siswa
menuju skeptisssisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
Kelemahan metode discovery
Suryosubroto (2002:2001) adalah:
(a)
Dipersyaratkan keharusan
adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban
mungkin bingung dalam usanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan
hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian
dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam
bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan
akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain,
(b)
Metode ini kurang berhasil
untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena
membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan
dari bentuk kata-kata tertentu.
(c)
Harapan yang ditumpahkan
pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudahy biasa dengan
perencanaan dan pengajaran secara tradisional,
(d)
Mengajar dengan penemuan
mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan
kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan
ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan
emosional sosial secara keseluruhan,
(e)
dalam beberapa ilmu,
fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada,
(f)
Strategi ini mungkin tidak
akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian
yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula
proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin
penemuan yang penuh arti.
Metode Discovery menurut Rohani
(2004:39) adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik
sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan
dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka
miliki.
Proses pembelajaran harus
dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang peserta
didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan
guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang
demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan
sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.
Ada lima tahap yang harus ditempuh
dalam metode discovery menurut Rohani(2004:39) yaitu:
(a) Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik,
(b) Penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis,
(c) Peserta didik mencari informasi , data, fakta, yang diperlukan
untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis,
(d) Menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi,
(e) Aplikasi kesimpulan atau generalisasidalam situasi baru.
Metode Discovery menurut Roestiyah
(2001:20) adalah metode mengajar mempergunakan teknik penemuan. Metode
discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau
sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri
atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan
instruksi.
Pada metode discovery, situasi
belajar mengajar berpindah dari situasi teacher dominated learning menjadi
situasi student dominated learning. Dengan pembelajaran menggunakan metode
discovery, maka cara mengajar melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental
melalui tukar pendapat dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba
sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan metode discovery ini
guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.
Sehingga metode discovery menurut Roestiyah (2001:20) memiliki keunggulan
sebagai berikut:
(a) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak
kesiapan, serta panguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/ pengenalan siswa,
(b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi /
individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa
tersebut,
(c) Dapat meningkatkan kegairahan belajar para siswa.
Metode discovery menurut Mulyasa
(2005:110) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung.
Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses daripada hasil
belajar.
Cara mengajar dengan metode
discovery menurut Mulyasa (2005:110) menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
(a) Adanya masalah yang akan dipecahkan,
(b) Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik,
(c) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik
melalui kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas,
(d) harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan,
(e) Sususnan kelas diatur sedemian rupa sehingga memudahkan
terlibatnya arus bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar,
(f) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengumpulkan data,
(g) Guru harus memberikan jawaban dengan tepat dengan data serta
informasi yang diperlukan peserta didik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar