Model pembelajaran discovery (penemuan)



 
Model pembelajaran discovery (penemuan)

Dalam proses pembelajaran diperlukannya suatu model agar mempermudah dalam penyampaian materi matematika kepada siswa dan dalam proses pembelajaran nya lebih menyenangkan dan membawa siswa berfikir kritis dan aktif. Maka peneliti memberikan suatu Model Pembelajaran Discovery (Penemuan) yang bertujuan untuk membuat siswa lebih berfikir kritis dan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
Definisi dari model pembelajaran discovery (penemuan), bila ditinjau dari katanya,”discover” berarti menemukan dan “discovery”  adalah penemuan. Robert B menyatakan bahwa discovery adalah proses mental dimana anak/individu mengasimilasi konsep dan prinsip. (Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya 2005:76). Dengan demikian pembelajaran discovery merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Pembelajaran discovery itu merupakan model dari Jerome Bruner Seperti menurut Jumianto: Model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri. 
sedangkan menurut pendapat yang lain belajar penemuan (Discovery learning) dari Jerome Brunner adalah model pengajaran yang dikembangkan berdasarkan kepada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan konstruktivisme. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan konsep dan prinsip untuk diri mereka sendiri http://kedaibunga.wordpress.com/2010/04/23/teori-belajar-penemuan- discovery-learning-jerome-brunner/rabu/16-4-2011/jam10)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jika seseorang siswa dikatakan melakukan discovery maka siswa terlihat menggunakan proses mentalnya dalam usaha menemukan hal baru yang belum diketahui sebelumnya, tetapi gurunya sendiri sudah tahu apa yang akan diketahui sebelumnya, hal baru disini misalkan ingin menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip, kemudian maksud dari hal baru tersebut merupakan hal baru untuk siswa yang sedang melakukan penemuan(discovery) saja. Proses-proses mental yang dilakukan, misalnya mengamati, menggolongkan, mengukur, menduga dan mengambil kesimpulan.
Di dalam discovery learning, tidak semua yang harus dipelajari dipresentasikan dalam bentuk yang final, beberapa bagian harus dicari, di identifikasikan oleh pelajar sendiri. Kemudian informasi itu di integrasikan ke dalam struktur kognitif yang baru. ( struktur kognitif adalah perangkat fakta-fakta, konsep–konsep, generalisasi-generalisasi yang terorganisasi yang telah dipelajari dan dikuasai seseorang). (Slameto,2003:24)
Model pembelajaran penemuan di bedakan menjadi 2, yaitu penemuan terbimbing atau terpimpin dan penemuan tidak terbimbing. Dalam model penemuan tidak terbimbing, guru hanya berfungsi sebagai pengawas, tidak membimbing dan tidak menyelesaikan masalah bagi siswa, siswa benar-benar di tuntut menyelesaikan masalah sendiri, Penemuan tidak terbimbing ini sulit dilaksanakan pada siswa tingkat dasar, tingkat menengah, tingkat atas ataupun perguruan tinggi. Pada umumnya siswa masih memerlukan bimbingan, arahan selangkah demi selangkah untuk memahami hal-hal baru.
Jelas bahwa model penemuan ini kurang tepat untuk siswa sekolah dasar maupun lanjutan apabila tidak dengan bimbingan guru, karena materi matematika yang ada dalam kurikulum tidak banyak yang dapat dipelajari karena kekurangan waktu bahkan siswa cenderung tergesa-gesa menarik kesimpulan dan tidak semua siswa dapat menemukan sendiri. Mengingat hal tersebut timbul metoda pembelajaran dengan penemuan yang dipandu oleh guru. Oleh karena itu, jika siswa tidak menunjukkan kemampuan untuk memahami hal baru yang di kemukakan, maka model penemuan terbimbing yang lebih tepat untuk dilaksanakan. Pada pelaksanaannya, menurut Muhamad Faik Dzaki, pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) lebih banyak diterapkan, karena dengan petunjuk guru siswa akan bekerja lebih terarah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Namun bimbingan guru bukanlah semacam resep yang harus diikuti tetapi hanya merupakan arahan tentang prosedur kerja yang diperlukan. 
Penemuan (discovery) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan penyelidikan (inquiry) dan pemecahan masalah (problem solving); beberapa ahli membedakan antara penyelidikan (inquiry) dengan penemuan(discovery), sedangkan ahli-ahli lain menempatkan penyelidikan sebagai bagian dari penemuan, biasa disebut dengan inquiry-discovery, seperti di ungkapkan oleh Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya(2005:76) yaitu  pada inquiry, proses-prosesnya lebih luas dari pada discovery, yaitu mengandung proses-proses mental yang tingkatan nya lebih tinggi daripada discovery. Proses mental yang terdapat pada inquiry ini diantaranya adalah: merumuskan problema, membuat hipotesis, mendesain eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan, menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Dilihat dari langkah-langkah dalam pembelajaran  inquirydiscovery learning juga mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
1.          Simulation. Guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.
2.          Problem Statemen. Anak didik diberi kesempatan mengidentifikasi masalah.
3.          Data collection. Untuk membuktikan benar atau salah hipotesis ini, anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, mengamati objek, melakukan uji coba sendiri, dan lain-lain.
4.          Data processing. Semua hasil bacaan observasi dan sebagainya kemudian diolah, diklasifikasikan, bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
5.          verification atau pembuktian. Berdasarkan hasil pengolahan data tafsiran atau informasi yang ada, hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terbukti atau tidak.
6.          generalization. Tahap selanjutnya berdasarkan hasil veripikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.        (Djamarah dan Zein, 2006:20)

Di samping mengetahui langkah -langkah yang ditempuh saat menggunakan Model Pembelajaran Discovery (Penemuan). Perlu diketahui bahwa suatu model pembelajaran yang digunakan oleh guru di saat proses pembelajaran pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan dari model pembelajaran tersebut. Berikut ini adalah kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran penemuan adalah sebagai berikut:
1.      Kekurangan
·         Sangat menyita waktu, lebih-lebih jika dilakukan pada siswa yang berkemampuan rendah.
·         Tidak dapat di jamin bahwa tetap bersemangat untuk menemukan.
·         Tidak setiap guru mempunyai kemampuan mengajar menggunakan metode penemuan.
·         Tidak setiap topik matematika dapat diajarkan dengan metode penemuan.
·         Kurang efektif jika dilakukan untuk kelas dengan jumlah siswa besar, karena guru akan kesulitan membimbing., kelas akan ribut sehingga ketertiban kelas sulit di jaga.

2.      Kelebihan
·      Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
·      Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya.
·      Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat.
·      Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajar nya meningkat.
·      Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
·      Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Suherman, dkk (2001: 179)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Merubah File PDF ke Word

5 Cara Praktis  Merubah File PDF ke Microsoft Word 1. Merubah PDF ke Word dengan Google Docs Google menyediakan layanan gratis seperti Docs ...