Hasil Belajar Biologi


Suatu proses akan berkaitan erat dengan hasil yang diperoleh, begitupula dalam proses pembelajaran. Tujuan dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa adalah hasil belajar yang diharapkan didapatkan siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran berupa perubahan prilaku yang terjadi dalam diri siswa.
Hasil belajar adalah nilai yang dicapai siswa setelah proses pembelajaran atau kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima dan pengalaman belajar. Hasil belajar dapat diukur melalui pemberian tes (dalam penelitian tes berupa tes tulis dengan soal objektif) dengan hasil berupa angka. Hasil belajar itu berupa perubahan prilaku secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor (Bloom dalam Surya, 2003: 25).
Menurut Sudjana (2000:53) hasil belajar adalah produk (output) yang dihasilkan dari proses pembelajaran yang harus dikuasai siswa dalam bentuk: (a) kemahiran intelektual (b) informasi verbal (c) mengatur kegiatan intelektual (d) keterampilan motorik.
Menurut Syah (2006: 144-156) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar antara lain:
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

1) Faktor internal siswa
a) Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dengan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.

b) Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa, diantaranya adalah sebagai berikut:
(1) Intelegensi siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber dalam Syah, 2006: 147), jadi intelegensi sebenarnya bukan otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubunganya dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.
(2) Sikap siswa
Sikap adalah internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif, untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap negatif siswa seperti tersebut di atas, guru dituntut untuk terlebih dahulu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata pelajaran yang menjadi haknya.
(3) Bakat siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972, Reber, 1988 dalam Syah, 2006: 150). Sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing, jadi secara global bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.
(4) Minat siswa
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber dalam (Syah, 2006: 151), minat tidak termasuk istilah popular dalam psikologis karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Guru dalam kaitan ini seyogyanya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap positif.
(5) Motivasi siswa
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu, dalam pengertian ini, berarti motivasi pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleithman, 1986; Reber 1988; dalam Syah, 2006: 151).
Perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menajdi dua macam, yaitu: 1) Motivasi intrinsik 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
Perspektif psikologi kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi instrinsik, karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain.
2) Faktor eksternal siswa
a) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
b) Lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
3) Faktor pendekatan belajar
Disamping faktor-faktor eksternal dan internal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar mengajar siswa tersebut.
Di dalam proses belajar mengajar di sekolah, maka yang dimaksud masukkan mentah atau raw input adalah siswa. Sebagai Raw input siswa memiliki karakteristik tertentu, baik fisiologis maupun psikologis. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca inderanya, dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah minatnya, tingkat kecerdasannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya, dan sebagainya. Semua ini dapat mempengaruhi bagaimana proses dan hasil belajarnya.
Termasuk instrumental input atau faktor-faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan adalah kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Di dalam sistem maka instrumental input merupakan faktor yang sangat penting pula dan paling menentukan dalam pencapaian hasil/output yang dikehendaki, karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses belajar mengajar itu akan terjadi di dalam diri pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Merubah File PDF ke Word

5 Cara Praktis  Merubah File PDF ke Microsoft Word 1. Merubah PDF ke Word dengan Google Docs Google menyediakan layanan gratis seperti Docs ...