Perilaku Asertif



 

Perilaku Asertif

Perilaku asertif merupakan terjemahan dari istilah assertiveness atau assertion, yang artinya titik tengah antara perilaku non asertif dan perilaku agresif. Menurut Rini (2001) mengemukakan asertivitas adalah perilaku yang menampakkan kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Seseorang dikatakan mampu bersikap asertif jika dirinya mampu bersikap tulus dan jujur dalam mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangan pada pihak lain sehingga tidak merugikan atau mengancam integritas pihak lain.
Individu yang berperilaku asertif berarti mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan secara jujur dan relatif mudah. Orang asertif mengarah pada tujuan, jujur, terbuka, penuh percaya diri. Perilaku asertif terkandung perilaku kesanggupan bermasyarakat, berempati dan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal. Individu yang asertivitasnya tinggi sadar akan kelebihan-kelebihan yang dimiliki dan memandang kelebihan-kelebihan tersebut lebih penting dari pada kelemahannya, begitu pula sebaliknya. Asertivitas seseorang dapat ditunjukkan dengan mengkomunikasikan kebutuhan, keinginan, perasaan atau opini kepada orang lain dengan cara langsung dan jujur tanpa bermaksud menyakiti perasaan siapapun. Pada umumnya orang yang asertif dalam kehidupannya sehari-hari, mampu mengenal dirinya sendiri dengan baik, sehingga mampu menentukan pilihan keinginan dan tujuan hidupnya tanpa harus mempengaruhi orang lain.
Asertif adalah sebuah tindakan atau tingkah laku dalam berinteraksi dengan orang lain secara terbuka, jujur, penuh pertimbangan, percaya diri dan tegas. Tidak hanya menyangkut ekspresi pikiran dan perasaan yang positif saja, tetapi juga untuk hal yang negatif. Dengan kata lain, asertif itu adalah sikap dan perilaku seseorang ketika berhubungan dengan orang lain yang dilakukan dengan jujur, tegas, penuh pertimbangan dan percaya diri. Termasuk didalamnya adalah kemampuan untuk mengekspresikan perasaan, baik yang positif maupun yang negatif.
Dalam berinteraksi dengan orang lain, kita sering mengutarakan pendapat dan keinginan masing-masing, contoh ketika kita sedang ngobrol dengan teman-teman kita. Terkadang kita setuju dengan materi obrolan tersebut, tapi tak jarang ktia berbeda pendapat dengan mereka. Dalam berperilaku asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat, dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan, menyangkali hak-hak orang lain ataupun merugikan pihak lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif adalah perilaku untuk mengemukakan pikiran, perasaan serta mengekspresikan emosi dan ide secara layak kepada orang lain dengan cara yang sesuai tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain. Dengan demikian perilaku asertif adalah tingkah laku interpersonal yang mengungkap emosi secara terbuka, jujur, tegas dam langsung pada tujuan sebagai usaha untuk mencapai kebebasan emosi dan dilakukan dengan penuh keyakinan diri dan sopan (Krisdarto Atmosoeprapto, 2004 : 166).
Perbedaan Antara Perilaku Asertif, Agresif, Dan Non Asertif (Pasif)
Menurut Steven strein and Howard book (dalam Trinanda rainy dan Yudhi murtanto, 2004: 91) Perilaku asertif, sangat  berbeda dengan perilaku agresif dan perilaku pasif, hanya saja perilaku asertif berada pada posisi di antara dua perilaku ekstrim, yakni  antara perilaku agresif dan perilaku non asertif. Inti dari perilaku asertif adalah berkomunikasi secara langsung dan jujur. Perilaku agresif adalah menguasai atau mendominasi dan inti perilaku pasif adalah menghindari konflik yang juga berarti mengalahkan keinginan diri untuk kepentingan orang lain.
Ketika orang-orang agresif mempertahankan hak-haknya, mereka akan melakukan dengan “seenaknya sendiri”, bahkan sampai mempermalukan orang lain. Untuk orang-orang dengan perilaku agresif, yang penting baginya adalah menang dalam segala hal atau kesempatan.
Lebih jauh, perilaku agresif akan menimbulkan reaksi agresif pula dari orang lain yang menerima perlakuan tersebut. Setiap orang akan marah bila diperlakukan kasar. Walaupun, orang-orang dengan perilaku agresif akan mendapatkan apa yang mereka inginkan, tetapi mereka sulit menerima respek/penghargaan diri dari orang lain atau lingkungannya. Konsekuensi sosial lain yang diperoleh orang agresif juga hampir sama dengan orang pasif, yaitu mereka tidak mampu mengadakan hubungan antar pribadi yang hangat, tulus dan setara. Hubungan yang biasanya mereka bina cenderung berwarna “atasan-bawahan” atau “penguasa-yang dikuasai”. Mereka akan banyak menemui konflik-konflik terbuka yang bahkan dapat bersifat destruktif.
Secara psikologis, mereka juga bukan orang yang dapat memiliki konsep diri yang positif dan merasa nyaman akan kondisi mereka. Mereka selalu tidak puas akan apa yang mereka peroleh dan akhirnya sering merasa tidak puas terhadap diri sendiri. Orang-orang agresif sering memandang orang lain tidak semampu dirinya, sehingga kegagalan yang terjadi sering dianggap lebih disebabkan orang lain. Kondisi psikologis orang-orang yang cenderung emosional ini dapat berakibat buruk pada kesehatan mereka. Mereka cenderung susah tidur, tekanan darah tinggi, syaraf yang sering berada pada kondisi tegang. Tetapi sebenarnya, pihak yang paling banyak menerima masalah ini bila berinteraksi dengan orang-orang agresif  adalah orang lain. Kebanyakan dari mereka merasa harus bersitegang terus dengan orang-orang agresif bila harus mempertahankan hak mereka.
Sedangkan perilaku pasif memiliki karakteristik yaitu menampilkan perilaku untuk menghindari penolakan dari orang lain. Mereka takut ditolak. Walaupun pada akhirnya orang-orang demikian tetap sulit diterima dalam suatu lingkungan sosial. Orang-orang non asertif biasanya juga mengalami hambatan dalam membina hubungan antar pribadi yang hangat dan setara. Kebutuhan-kebutuhan yang tidak diekspresikan menimbulkan ketidakpercayaan di antara dua orang yang saling mencintai.
Konsekuensi praktis yang dialami orang-orang pasif antara lain: mereka banyak menumpuk barang yang tidak diperlukan hanya karena mereka tidak bisa menghindar dari penjual yang merayunya, mereka meminjamkan barang yang tidak ingin mereka pinjamkan dan setelah itu tidak berani untuk memintanya kembali, mereka pergi ke pesta padahal mereka tidak ingin datang, melakukan percakapan lama dengan orang-orang yang tidak mereka inginkan, bahkan mereka juga menikah dengan orang yang bukan pilihannya melainkan pilihan orang lain. Pendek kata, orang-orang non asertif “membayar lebih” untuk kehidupan yang tidak ia sukai.
Pentingnya Perilaku Asertif Bagi Para Siswa
Menurut Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja, Psi (2004: 98) bagi para siswa di sekolah terutama yang berumur di antara 13-18 tahun perilaku asertif sangatlah penting karena beberapa alasan sebagai berikut: pertama, perilaku asertif akan memudahkan remaja tersebut bersosialisasi dan menjalin hubungan dengan lingkungan seusianya maupun di luarnya lingkungannya secara efektif. Kedua, dengan kemampuan untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan diinginkannya secara langsung, terus terang maka para siswa bisa menghindari munculnya ketegangan dan perasaan tidak nyaman akibat menahan dan menyimpan sesuatu yang ingin diutarakannya. Ketiga, dengan memiliki perilaku asertif, maka para siswa dapat dengan mudah mencari solusi dan penyelesaian dari berbagai kesulitan atau permasalahan yang dihadapinya secara efektif, sehingga permasalahan itu tidak akan menjadi beban pikiran yang berlarut-larut. Keempat, perilaku asertif akan membantu para siswa untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya, memperluas wawasannya tentang lingkungan, dan tidak mudah berhenti pada sesuatu yang tidak diketahuinya (memiliki rasa keingintahuan yang tinggi). Kelima, asertif terhadap orang lain yang bersikap atau berperilaku kurang tepat bisa membantu remaja yang bersangkutan untuk lebih memahami kekurangannya sendiri dan bersedia memperbaiki kekurangan tersebut.
Beberapa manfaat di atas lagi-lagi mengindikasikan perlunya perilaku ini ditanamkan sejak dini bagi para siswa karena perilaku asertif bukan merupakan sesuatu yang lahiriah tetapi lebih merupakan pola perilaku yang dipelajari sebagai reaksi terhadap berbagai situasi sosial yang ada di lingkungan. Perilaku asertif ini dalam kenyataannya berkembang sejalan dengan usia seseorang, sehingga penguasaan perilaku pada periode-periode awal perkembangan akan memberikan dampak yang positif bagi periode-periode selanjutnya.
Beberapa cara yang dapat ditempuh oleh guru dalam menanamkan asertivitas pada para siswa di sekolah antara lain: (1) Berikan pengertian dan pemahaman pada siswa tentang apa yang dimaksud dengan perilaku asertif, dan pentignya perilaku asertif dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan ini akan lebih baik apabila dilakukan oleh para guru bimbingan dan penyuluhan dan konseling dengan memberikan contoh-contoh perilaku yang nyata agar mudah dipahami oleh siswa. (2) Berikan kesempatan yang lebih luas kepada para siswa untuk mendiskusikan materi-materi yang telah dijabarkan, baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar. Fokuskan perhatian terutama pada mereka yang masih cenderung pasif. (3) Berikan stimulasi secara kontinyu untuk merangsang siswa agar berani menjawab ata berpendapat terutama tentang materi-materi yang diajarkan. (4) Berikan reward pada siswa yang aktif dan berusaha untuk mengemukakan pendapatnya di kelas. Reward tersebut bisa berupa pujian atau nilai tambah. (5) Berikan kesempatan secara dala menjawab soal-soal latihan, terutama untuk melatih mereka yang masih pasif. (6) Tetap menghagai pendapat siswa meskipun pendapat itu kurangtepat, dan kemudian membetulkannya dengan cara yang tidak menjatuhkan, sehingga pada kesempatan yang lain siswa tidak akan enggan untuk terus mencoba lagi. (7) Ciptakan suasana yang menyenangkan selama mengajar agar siswa tidak merasa tegang dalam mengikuti pelajaran yang diberikan (Steve simmons & John simmons Jr dalam Krisdarto Atmosoeprapt, 2004: 158).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Merubah File PDF ke Word

5 Cara Praktis  Merubah File PDF ke Microsoft Word 1. Merubah PDF ke Word dengan Google Docs Google menyediakan layanan gratis seperti Docs ...