Model Pembelajaran Problem Solving




Model Pembelajaran Problem Solving

a.    Model Pembelajaran
Strategi pembelajaran metode atau model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa sangat diperlukan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi. Istilah model pembelajaran ini dibedakan dari istilah metode pembelajaran. Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru didalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dikelas. Sedangkan metode pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang masih bersifat umum. Jadi istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada metode pembelajaran.
Menurut Joyce dalam Trianto (2007:5),
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau  pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dan lain-lain.

Sedangkan menurut Soekamto dalam Trianto (2007:5) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah sebagai berikut:
Kerangka konspetual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran suatu perencanaan atau kerangka konseptual dalam pembelajaran yang sistematis untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran untuk mencapai pembelajaran tertentu.
b.    Pembelajaran Problem Solving
Menurut Made (dalam Hariyanti : 2010)  Pemecahan masalah merupakan suatu aktifitas kognitif dimana siswa tidak saja harus dapat mengerjakan tetapi juga harus yakin bisa memecahkan.
Menurut Shadiq (2004:10)Pembelajaran pemecahan masalah (Problem Solving) adalah suatu kegiatan yang didesain oleh guru dalam rangka memberi tantangan kepada siswa melalui penugasan atau pertanyaan matematika. Fungsi guru dalam kegiatan itu adalah memotivasi siswa agar mau menerima tantangan dan membimbing siswa dalam proses pemecahannya. Masalah yang diberikan harus masalah yang pemecahannya terjangkau oleh kemampuan siswa. Masalah yang diluar jangkauan kemampuan siswa dapat menurunkan motivasi mereka.
Pembelajaran Problem Solving merupakan pembelajaran yang dimulai dengan menghadapkan siswa pada masalah nyata atau masalah yang disimulasikan, bekerjasama dalam suatu kelompok untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah atau Problem Solving, kemudian siswa mempresentasikan sehingga siswa diharapkan menjadi seorang self directed learnerSelf directed learner diartikan sebagai individu yang mampu belajar mandiri. Pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan masalah.
Menurut Pepkin (2004:1),
Model pembelajaran Problem Solving adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tapi berpikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir.

Sehingga untuk memecahkan masalah siswa menggunakan segenap pemikiran, memilih strategi pemecahannya, dan memproses hingga menemukan penyelesaian dari suatu masalah.
c.    Peran Problem Solving dalam Pembelajaran
Masalah problem solving juga dapat menantang pikiran dan bernuansa teka-teki bagi siswa sehingga dapat meningkatkan rasa penasaran, motivasi dan kegigihan untuk selalu terlibat dalam matematika.
Lebih lanjut pentingnya problem solving juga dapat dilihat pada perannya dalam pembelajaran. Stanic & Kilpatrick seperti dikutip McIntosh, R. & Jarret, D. (dalam Sumardyono) membagi peran problem solving sebagai konteks menjadi beberapa hal:
1.      Untuk pembenaran pengajaran matematika.
2.      Untuk menarik minat siswa akan nilai matematika, dengan isi yang berkaitan dengan masalah kehidupan nyata.
3.      Untuk memotivasi siswa, membangkitkan perhatian siswa pada topik atau prosedur khusus dalam matematika dengan menyediakan kegunaan kontekstualnya (dalam kehidupan nyata).
4.      Untuk rekreasi, sebagai sebuah aktivitas menyenangkan yang memecah suasana belajar rutin.
5.      Sebagai latihan, penguatan keterampilan dan konsep yang telah diajarkan secara langsung (mungkin ini peran yang paling banyak dilakukan oleh kita selama ini).

Pembelajaran problem solving sebagai konteks menekankan pada penemuan tugas-tugas atau masalah yang menarik dan yang dapat membantu siswa memahami konsep atau prosedur matematika.
d.      Langkah-langkah Pembelajaran Problem Solving
Adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh guru di dalam memberikan pembelajaran problem solving yaitu sebagai berikut.
1)   Menyajikan masalah dalam bentuk umum.
2)   Menyajikan kembali masalah dalam bentuk operasional.
3)   Menentukan strategi penyelesaian.
4)   Menyelesaikan masalah.
Penyelesaian masalah menurut J. Dewey yang dikutip oleh Wina Sanjaya (dalam Mirat, 2010:15), ada enam tahap:
1.   Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa dalam menentukan masalah yang akan dipecahkan.
2.   Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang
3.   Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan bebagai kemungkinan pemecahan yang sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4.   Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah
5.   Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengembil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan
6.   Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan

Sedangkan menurut Polya  (dalam Dewiyani, 2008:91), sebagai berikut:
1.   Memahami masalah
Pada langkah ini, kegiatan pemecahan masalah diarahkan untuk membantu siswa menetapkan apa yang diketahui pada permasalah dan apa yang ditanyakan. Beberapa pertanyaan yang perlu dimunculkan kepada siswa untuk membantunya dalam memahami masalah. Pertanyaan-pertanyaan tersebut, antara lain;
a.       Apakah yang diketahui dari soal?
b.      Apakah yang ditanyakan soal?
c.       Apa saja informasi yang diperlukan?
d.      Bagaimana akan menyelesaikan soal?
2.   Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah.
Pada langkah ini, siswa diarahkan untuk dapat mengidentifikasi strategi-strategi pemecahan masalah yang sesuai untuk memecahkan masalah. Dalam mengidentifikasi strategi-pemecahan masalah ini, hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah apakah strategi tersebut berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan.
3.   Melaksanakan penyelesaian soal
Siswa diarahkan menyelesaikan soal sesuai dengan yang telah direncanakan. Pada langkah ini kemampuan siswa dalam memahami substansi dan keterampilan siswa dalam melakukan perhitungan matematika akan sangat membantu siswa dalam melaksanakan langkah kedua ini.
4.   Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh
Pada langkah ini penting dilakukan untuk mengecek apakah hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan ketentuan dan tidak terjadi kontradiksi dengan yang ditanya. Pada tahap ini ada empat langkah penting yang dapat dijadikan pedoman untuk melaksanakan langkah ini;
a.       Mencocokan hasil yang diperoleh dengan hal yang ditanya
b.      Menginterpretasikan jawaban yang diperoleh
c.       Mengidentifikasi adakah cara lain untuk mendapatkan penyelesaian masalah
d.      Mengidentifikasi adakah jawaban atau hasil lain yang memenuhi
Adapun dalam penelitian ini langkah-langkah pembelajaran yang penulis lakukan sebagaimana merujuk dari model pembelajaran problem solving yang telah dilakukan sebelumnya sebagai berikut :
a.            Memahami Masalah:
Siswa dibagi menjadi 5 kelompok kemudian guru membagikan alat peraga (model segitiga), siswa diberikan stimulus berupa penyampaian materi oleh guru mengenai jenis-jenis segitiga, kemudian guru membagikan beberapa pertanyaan yang berkenaan dengan jenis-jenis segitiga.
b.    Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah :
Pada langkah ini, siswa diarahkan untuk dapat mengidentifikasi masalah, kemudian mencari cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
c.    Melaksanakan penyelesain soal:
Siswa diarahkan menyelesaikan soal sesuai dengan yang telah direncanakan. Pada langkah ini siswa dapat  menjawab pertanyaan dengan melihat buku, mengamati objek, dan bertanya sama guru.
d.   Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh
Pada langkah ini siswa mengulang atau memeriksa kembali jawaban yang sudah dikerjakan. Kemudian menyimpulkan jawaban untuk dipresentasikan di depan kelas. Kemudian penulis member keputusan jawaban mana yang paling benar.
e.    Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Problem solving
Kelebihan pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut.
1)         Model ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
2)         Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan berkerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.
3)         Model ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.


Kelemahan pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut.
1)         Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
2)         Proses belajar mengajar dengan menggunakan model ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
3)         Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
(Djamarah, Syaiful Bahri, 2000 : 104-105)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Merubah File PDF ke Word

5 Cara Praktis  Merubah File PDF ke Microsoft Word 1. Merubah PDF ke Word dengan Google Docs Google menyediakan layanan gratis seperti Docs ...