Model Pembelajaran Saintifik

Model pembelajaran saintifik

Secara Bahasa model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem atau konsep yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Bentuknya dapat berupa model fisik (maket, bentuk prototipe), model citra (gambar rancangan, citra komputer), atau rumusan matematis (wikipedia Indonesia, diakses 15 maret 2015). Sedangkan model pembelajaran dapat diartikan rencana konseptual yang berisi strategi, pendekatan, metode, teknik serta taktik pembelajaran yang telah disusun oleh tenaga pendidik. Model pembelajaran merupakan akumulasi proses pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran di kelas.Sebagai seorang tenaga pendidik harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, tenaga pendidik harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.

Dalam pendekatan saintifik paling tidak ada tiga model pembelajaran yang dapat diterapkan, yaitu: (1) model pembelajaran berbasis proyek, (2) model pembelajaran berbasis masalah, dan (3) model pembelajaran berbasis inquiry. Untuk lebih jelasnya dipaparkan sebagai berikut: 

1. Pembelajaran berbasis proyek

Banyak definisi yang dapat diambil tentang pembelajaran berbasis proyek. Tetapi pada dasarnya pengertian yang lebih memudahkan adalah diambil dari kata kuncinya, yaitu proyek. Proyek artinya sebuah kegiatan sistematis telah ditetapkan awal dimulainya pekerjaan dan waktu penyelesaiannya untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan sumber daya serta metode yang ditetapkan. 

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL)adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media pembelajaran. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan mencari informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Dalam pembelajaran berbasis proyek keberadaan masalah menjadi langkah awal untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dalam beraktifitas secara nyata, yaitu dalam proses pembelajaran. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

Dengan memperhatikan perbedaan gaya belajar dan modalitas belajar masing-masing peserta didik, maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik dalam proses pembelajaran.Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja didunia usaha dan industri harus dapat membekali peserta didiknya dengan “kompetensi terstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja dibidang masing-masing. Dengan pembelajaran “berbasis produksi” peserta didik di SMK diperkenalkan dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja. Dengan demikian model pembelajaran yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran berbasis proyek.

Menurut Daryanto (2014:24), pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik sebagai berikut:

  • a. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
  • b. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik;
  • c. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan;
  • d. Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan, proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
  • e. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan, produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif, situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.

Dengan demikian, peran tenaga pendidik dalam model pembelajaran berbasis proyek sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik yang melaksanakan proyek pembelajaran dengan arahan tenaga pendidik.

Model pembelajaran berbasis proyek membutuhkan sumber daya lebih, ketersediaan waktu lebih, serta kesiapan tenaga pendidik yang 

lebih, terutama dalam memberikan instruksi pembelajaran. Beberapahambatan dalam implementasi model Pembelajaran Berbasis Proyek antara lain:

a. Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek;

b. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki system baru;

c. Banyak tenaga pendidik merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana tenaga pendidik memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai teknologi;

d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan sumber daya menjadi meningkat.

e. Kesiapan peserta didik yang masih rendah, terutama keseriusan dalam melaksanakan proyek pembelajaran yang telah ditentukan. Peserta didik terkadang masih belum bisa belajar mandiri atau dalam kelompok kecil. 

Dengan adanya persoalan implementasi ini, maka disarankan menggunakan metode team teaching dalam proses pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran akan lebih menarik sedangkan tenaga pendidik tetap dapat memanage kelas dengan sempurna. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perubahan lay-out ruang kelas, seperti: traditional class (teori), discussion group(pembuatan konsep dan pembagian tugas kelompok), lab tables (saat mengerjakan tugas mandiri), circle (saat presentasi). Atau buatlah suasana belajar menyenangkan, bahkan saat diskusi dapat dilakukan di taman, artinya belajar tidak harus dilakukan di dalam ruang kelasuntuk membawa pada suasana menyenangkan.Untuk lebih memudahkan, berikut adalah langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek yang dapat dijelaskan dengan diagram sebagai berikut:

Setiap langkah pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan dengan berurutan sesuai tahapan. Berikut ini penjelasan dari masing-masing tahapan.

1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Tenaga pendidik berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.

2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan emikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantupenyelesaian proyek. 

3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat time line untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat dead line penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)

Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

5. Menguji Hasil (Assess the Outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)

Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

Dalam model pembelajaran berbasis proyek, peran tenaga pendidik adalah: (1) merencanakan dan mendesain pembelajaran, (2) membuat strategi pembelajaran, (3) membayangkan interaksi yang akan terjadi antara tenaga pendidik dan siswa, (4) mencari keunikan siswa, (5) menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian, dan (6) membuat portofolio pekerjaan siswa.

Sedangkan peran peserta didik dalam pembelajaran berbasis proyek adalah: (1) menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir, (2) melakukan riset sederhana, (3) mempelajari ide dan konsep baru, (4) belajar mengatur waktu dengan baik, (5) melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok, (6) mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakan, dan (7) melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dll)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Merubah File PDF ke Word

5 Cara Praktis  Merubah File PDF ke Microsoft Word 1. Merubah PDF ke Word dengan Google Docs Google menyediakan layanan gratis seperti Docs ...