TASAWUF
A.
DEFINISI
TASAWUF
Pengertian Tasawuf secara Etimologi
Secara etimologi, kata
tasawuf berasal dari bahasa Arab, tashawwafa,
yatashawwafu, tashawwufan. Ulama
berbeda pendapat dari mana asal-usulnya. Ada yang mengatakan dari kata shuf(bulu domba), shaff(barisan), shafa’(jernih),
dan shuffah(serambi Masjid Nabawi
yang ditempati oleh sebagian sahabat Rasulullah). Samsul
Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah,2012), hlm. 2-3
Pengertian
Tasawuf secara Terminology
Untuk
pengertian tasawuf secara terminology dari para ahli atau tokoh sufi ada
beberapa penjelasan mengenai tasawuf, diantaranya sebagai berikut :
1. Menurut
Al-Junaidi, “Tasawuf ialah membersihkan hati dari yang mengganggu perasaan,
berjuang menanggalkan pengaruh insting, memadamkan kelemahan, menjauhi seruan
hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohanian, bergantung pada ilmu-ilmu
hakikat, memakai barang yang lebih penting dan lebih kekal, menaburkan nasihat
kepada semua manusia, memegang teguh janji dengan Allah dalam hal hakikat,
serta mengikuti contoh Rasulullah dalam hal syariat”.
2. Menurut
Syaikh Ahmad Zarruq, “Tasawuf ialah ilmu yang dapat memperbaiki hati dan menjadikannya
semata karena Allah”.
3. Menurut
Syaikh Islam Zakaria Al-Anshari, “Tasawuf ialah ilmu yang menerangkan cara-cara
mencuci bersih jiwa, memperbaiki akhlak, dan membina kesejahteraan lahir serta
batin untuk mencapai kebahagiaan yang abadi”.
4. Menurut
Sayyed Hussein Nasr, “Tasawuf ialah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan
yang dapat membebaskan manusia dari pengaruh kehidupan duniawi dan mendekatkan
diri kepada Allah sehingga jiwanya bersih serta memancarkan akhlak mulia”.
5. Menurut
Sahal Al-Tustury, “Tasawuf sebagai terputusnya hubungan kepada manusia, hal ini
bertujuan untuk terus menerus berhubungan dan membangun kecintaan yang mendalam
kepada Allah”.
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah,2012),
hlm. 6
Pengertian Tasawuf secara Umum
Dari
beberapa definisi yang disebutkan oleh pakar tasawuf, dapat disimpulkan bahwa
tasawuf merupakan bentuk latihan dengan kesungguhan untuk dapat membersihkan
jiwa. Semua dilakukan untuk bertaqarub atau mendekatkan diri kepada Allah dan
segala sesuatu di kehidupan ditujukan hanya untuk Allah.
Oleh
sebab itu, tasawuf sangat berkaitan erat dengan perbaikan akhlak, membangun
spiritualitas. Kemudian sikap zuhud dalam hidup dan menjauhi perkara dunia yang
melenakan.
Semua
itu dapat menjadi sarana manusia untuk mencapai kehidupan manusia yang baik.
Praktik tasawuf sendiri bias dilakukan oleh siapa saja yang menginginkan
perbaikan akhlak, sikap yang terpuji, dan kesucian jiwa.
Tasawuf
sebagai bagian dari kajian Agama Islam yang tentunya ajarannya tidak boleh
bertentangan dengan Al-Qur’an dan sunah Nabi. Selain itu, bentuk kecintaan kita
terhadap nabi yaitu dengan menjalankan apa yang diajarkan tanpa menyeleweng
sedikitpun. Al-Tarbawi Al-Haditsah: Jurnal Pendidikan Islam, No. 2,
Desember 2018
B.
TASAWUF
DI INDONESIA
Menurut
Dr. Alwi Shihab, M.A. bahwa Islam yang pertama di Indonesia adalah Islam
Sufistik. Ia menambahkan, “Mayoritas peneliti mengakui bahwa agama Islam
berkembang secara pesat di Negara-negara Asia Tenggara adalah berkat kontribusi
tokoh-tokoh tasawuf. Hal ini disebabkan sikap kaum sufi yang lebih kompromis
dan penuh kasih sayang. Tasawuf memang cenderung terbuka dan berorientasi
cosmopolitan”. Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah,2012),
hlm. 234
Berbicara
tentang sufisme di Indonesia, tampaknya corak yang pertama kali muncul adalah
tasawuf falsafi. Azyumardi Azra, Islam Reformis: Dinamika Intelektual
dan Gerakan, (Jakarta:PT RajaGrafindonPersada, 1999), hlm.151. Tasawuf ini dikenal sangat filosofis
dan spekulatif. Tokoh-tokoh yang mempopulerkan ajaran tasawuf tersebut adalah
Abu Yazid Al-Bistami dengan konsep ittihad,
Al-Hallaj dengan konsep hulu, dan
juga Ibn Arabi dengan konsep wahdatul
wujud. Munculnya pengaruh sufisme di Indonesia tak bisa dipisahkan dari
peran serta para ulamaa sufi yang merupakan penganut dan pengamal ajaran
tasawuf. Di Indonesia, corak tasawuf falsafi dipopulerkan oleh Hamzah Fanzuri
dan Syams Al-Din Al-Sumatrani pada abad ke-17, dengan menonjolkan
kepenganutannya pada paham wahdatul wujud
yang condong pada penafsiran yang pantheistik. Para ulama ini cenderung
mengintrodusir paham tasawuf wahdatul
wujud karena mereka berada dalam sebuah konteks masyarakat yang memiliki
tatanan sosial yang agraris-feodal dan menyukai hal-hal yang bersifat
magis-supranatural. Karena adanya kepenganutan pada paham tersebut, ajaran
Islam dapat lebih mudah diterima dan diserap oleh masyarakat. https://www.researchgate.net/publication/329606876_PENGARUH_SUFISME_DI_INDONESIA
Tasawuf
menjadi unsur yang cukup dominan dalam masyarakat pada masa itu. Kenyataan lain
dapat pula ditunjuk bagaimana peranan ulama dalam struktur kekuasaan
kerajaan-kerajaan islam di Aceh sampai pada masa Wali Sanga di Jawa.
C. PERAN TASAWUF TERHADAP KEMERDEKAAAN
Indonesia merdeka karena didorong oleh banyak hal, salah
satu diantaranya adalah aspek rohaniyah yang tercermin melalui ajaran tasawuf. Tasawuf
(mistik, sufi, olah spiritual) berperan besar dalam menentukan arah dan
dinamika kehidupan masyarakat. Kehadirannya meski sering menimbulkan kontroversi,
namun kenyataan menunjukkan bahwa tasawuf memiliki pengaruh tersendiri dan
layak diperhitungkan dalam upaya menuntaskan problem-problem kehidupan social
yang senantiasa berkembang mengikuti gerak dinamikanya.
Peran tasawuf dalam penyebaran Islam di tanah air
menarik untuk dicermati. Eksesnya bukan saja terkait dengan persoalan ‘tata
krama’ hubungannya dengan Tuhan, tapi juga persoalan sosial-kemasyarakatan,
bahkan masalah politik. Proses pembentukannya pun banyak beradaptasi dengan
kehidupan spiritual sekitar awal datangnya Islam, yakni tradisi Hindu dan
Budha. https://www.nu.or.id/post/read/26950/peran-tasawuf-dalam-kemerdekaan-indonesia
Salah satu peran tasawuf yang sangat berarti pada
masa kemerdekaan ialah tasawuf menjadi kekuatan untuk melawan penjajah. Ketua
Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyah (MATAN) DKI Jakarta KH.
Ali M. Abdillah mengatakan, dulu para colonial Belanda heran dengan perilaku
orang pribumi Nusantara yang sulit ditaklukkan padahal mereka tidak memiliki
senjata yang canggih. Hingga kolonial Belanda terus menyelidiki apa faktor yang
mendasari masyarakat pribumi susah ditaklukan. Setelah ditelusuri ternyata
salah satu yang menjadi kekuatan bagi mereka adalah Tasawuf.
Kemudian, pihak Belanda menugaskan Snouck Hurgronje
untuk melakukan pengkajian tentang Islam yang merupakan agama mayoritas di
Nusantara. Setelah Snouck Hurgronje mengkaji ilmu Tasawuf, ia menemukan jawaban
bahwa orang-orang yang belajar tarekat dan syariat yang ditakuti hanyalah
Allah. https://www.nu.or.id/post/read/105014/dulu-tasawuf-menjadi-kekuatan-untuk-melawan-penjajah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar